Sabtu, 11 April 2015

INTERAKSI FARMASETIK DAN STABILITAS PENCAMPURAN LARUTAN PARENTERAL ANTIBIOTIK QUINOLON

INTERAKSI FARMASETIK DAN STABILITAS PENCAMPURAN LARUTAN PARENTERAL ANTIBIOTIK QUINOLON






Kelompok A-3


Siti Chotiah                         K100110130
Ahmad Rifqi Kurnia          K100110140
Fadly Al Kausar                 K100110141
Desi Nurmalitasari             K100110144
Adiva Tantyas Aurora       K100110145
Ekhwan Tris Wanto           K100110176






UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2015
DAFTAR ISI


Halaman
PENDAHULUAN
1.      Mekanisme Keja Quinolon........................................................ 3
2.      Efek Samping dan Interaksi Obat............................................. 4
PEMBAHASAN                                                                                           
A.    Obat Golongan Antibiotik Quinolon......................................... 5          
B.     Deskripsi Sediaan dan Kekuatan Obat .....................................  5          
C.     Kompatibilitas Obat dengan Larutan......................................... 6          
D.    Kompatibilitas Obat dengan Obat Lain..................................... 7
E.     Penatalaksanaan Interaksi Farmasetik........................................ 11         
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14



























PENDAHULUAN



Antibiotik golongan Quinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Quinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah, karena penggunaan obat Quinolon terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja.
Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Quinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Quinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.Golongan Quinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik.

Mekanisme Kerja Quinolon
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.
Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.





Efek Samping dan Interaksi Obat
Golongan antibiotika Quinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai.Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia.
Efek samping yang lebih berat dari Quinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Quinolon lainnya juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.


















PEMBAHASAN


Obat golongan antibiotik Quinolon
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.

Deskripsi Sediaan dan Kekuatan Obat
Sediaan dan kekuatanobat golongan antibiotik Quinolon di Pasaran, yaitu:
Obat
Sediaan dan Kekuatan Obat
Spirofloksasin
Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.
Ofloksasin
Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml.
Moksifloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.
Levofloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml.
Pefloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.
Norfloksasin
Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Sparfloksasin
Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.
Lornefloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Flerofloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.
Gatifloksasin

Antibiotika Quinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.
(Anonim, 1995)


Kompatibilitas Obat dengan Larutan NaCl 0,9%, Dextrose dan RL
Kompabilitas obat antibiotik golongan Quinolon mungkin saja bisa terjadi. Contohnyadengan larutan NaCl 0,9 %, dextrose,dan RL sebagai berikut :
Siprofoksasin




KOMPATIBILITAS DENGAN NACL 0,9, DEXTROSE dan RL
Moxifloksasin
Levofloxasin
Pefloksasin
Norfloksasin
Sparfloksasin
Lornefloksasin
Flerofloksasin
Gatrifloksasin
Ofloksasin
(Depkes, 2009)



Kompatibilitas obat golongan kuinolon dengan obat lain

Siprofoksasin
  • Penambahan sodium amoksisilin dapat menyebabkan terjadinya pengendapan
  • Penambahan aminophylin pada suhu 250C selama 4 jam dapat menyebabkan pengendapan.
Levoflokasin
  • Kombinasi dengan  acylovir dapat menyebabkan kekeruhan dan pengendapan
  • Kombinasi dengan azitromisin dapat menyebabkan terbentuknya mikro kristal pada filter.
Norfloksasin
  • Besi dan produk susu dapat mengurangi absorbsi
Ofloksasin
  • Pencampuran dengan sodiom floksasilin setelah 24 jam  terbentuk presipitasi.
(Lawrence, 2009)

Jika obat antibiotik golongan Quinolon diberikan dengan dengan obat lain, kemungkinan terjadi reaksi fisika, kimia, maupun farmakologi sebagai berikut:
Obat
Interaksi
Analgetik
Kemungkinan peningkatan risiko konvulsi bila kuinolondiberikan bersama NSAID, produsen siprofloksasin memberianjuran untuk menghindari premedikasi dengan analgetikaopioid (penurunan kadar siprofloksasin plasma) bilasiprofloksasin digunakan untuk profilaksis bedah.
Antasid
Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh antasida.
Antiaritmia
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila levofloksasin ataumoksifloksasin diberikan bersama amiodaron - hindaripemberian secara bersamaan; peningkatan risiko aritmiaventrikel bila moksifloksasin diberikan bersama disopiramid - hindari pemberian secara bersamaan.
Antibakteri
Peningkatan risiko artimia ventrikel bila moksifloksasindiberikan bersama eritromisin parenteral - hindari pemberiansecara bersamaan; efek asam nalidiksat mungkin diantagonisoleh nitrofurantoin.
Antikoagulan
Siprofloksasin, asam nalidiksat, norfloksasin, dan ofloksasinmeningkatkan efek antikoagulan kumarin; levofloksasinmungkin meningkatkan efek antikoagulan kumarin danfenindion.
Antidepresan
Siprofloksasin menghambat metabolisme duloksetin - hindaripenggunaan secara bersamaan; produsen agomelatinmenganjurkan agar menghindari pemberian siprofloksasin;peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasindiberikan bersama antidepresan trisiklik – hindari pemberian
secara bersamaan.
Antidiabetik
Norfloksasin mungkin meningkatkan efek glibenklamid.
Antiepilepsi
Siprofloksasin meningkatkan atau menurunan kadar fenitoinPlasma.
Antihistamin
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila oksifloksasindiberikan bersama mizolastin – hindari penggunaan secarabersamaan.
Antimalaria
Produsen artemeter/lumefantrin menganjurkan agarmenghindari kuinolon; peningkatan risiko aritmia ventrikelbila oksifloksasin diberikan bersama klorokuin danhidroksiklorokuin, meflokuin, atau kuinin - hindaripenggunaan secara bersama-sama.
Antipsikosis
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasin diberikan bersama benperidol - produsen benperidolmenganjurkan agar menghindari penggunaan secarabersamaan; peningkatan risiko aritmia ventrikle bilamoksifloksasin diberikan bersama droperidol, haloperidol,fenotiazin, pimozid, atau zuklopentiksol - hindari penggunaansecara bersamaan; siprofloksasin meningkatkan kadarklozapin plasma; siprofloksasin mungkin meningkatkan kadarolanzapin plasma.
Atomoksetin
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasindiberikan bersama atomoksetin.
Beta-bloker
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasin diberikan bersama sotalol - hindari pemberian secarabersamaan.
Garam kalsium
Absorpsi siprofloksasin dikurangi oleh garam kalsiumSiklosporin Peningkatan risiko nefrotoksisitas bila kuinolon diberikanbersama siklosporin.
Klopidogrel
Siprofloksasin mungkin menurunkan efek antitrombotikKlopidogrel.
Sitotoksik
Asam nalidiksat meningkatkan risiko toksisitas melfalan;siprofloksasin mungkin menurunkan ekskresi metotreksat(peningkatan risiko toksisitas); siprofloksasin meningkatkankadar erlotinib plasma; peningkatan risiko aritmia ventrikelbila levofloksasin atau moksifloksasin diberikan bersama
arsenik trioksida.
Produk susu
Absorpsi siprofloksasin dan norfloksasin dikurangi olehproduk susu.
Dopaminergik
Siprofloksasin meningkatkan kadar rasagilin plasma;siprofloksasin menghambat metabolisme ropinirol(peningkatan kadar plasma).
Agonis 5HT1
Kuinolon mungkin menghambat metabolismezolmitriptan (menurunkan dosis zolmitriptan).
Besi
Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh zat besi oral.
Lanthanum
Absorpsi kuinolon dikurangi oleh lanthanum (diberikanminimal 2 jam sebelum atau 4 jam sesudah lanthanum).
Relaksan otot
Norfloksasin mungkin meningkatkan kadar tizanidin plasma(peningkatan risiko toksisitas); siprofloksasin meningkatkankadar tizanidin plasma (peningkatan risiko toksisitas) - hindaripenggunaan secara bersama-sama.
Mikofenolat
Mungkin menurunkan bioavailabilitas mikofenolat.
Pentamidin isetionat
Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasindiberikan bersama pentamidin isetionat - hindari penggunaansecara bersamaan.
Probenesid
Ekskresi siprofloksasin, asam nalidiksat, dan norfloksasinditurunkan oleh probenesid (peningkatan kadar plasma).
Sevelamer
Bioavailabilitas siprofloksasin dikurangi oleh sevelamer.
Strontium ranelat
Absorpsi kuinolon dikurangi oleh strontium ranelat (produsenstrontium ranelat menganjurkan untuk menghindaripenggunaan secara bersamaan).
Teofilin
Kemungkinan peningkatan risiko konvulsi bila kuinolondiberikan bersama teofilin; siprofloksasin dan norfloksasinmeningkatkan kadar teofilin plasma.
Obat ulkus
Peptik
Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh sukralfat.Vaksin Antibakteri menginaktivasi vaksin tifoid oralZinc.Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh zinc.

(KEMENKES, 2011)




Penatalaksaan Interaksi Farmasetik
1.      Nyeri
Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak obat menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).

2.      Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di  sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau karena obat bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang osmolaritasnya tinggi dan pH larutan yang ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi. Kerusakan jaringan disekitar vena dapat meluas, contoh setelah pemberian larutan natrium bikarbonat. Dua golongan obat sitostatika yang lazim diresepkan, yang sangat merusak jaringan jika terjadi ekstravasasi adalah alkaloid vinka seperti vinkristin dan anthrasiklin seperti doksorubisin dan daunorubisin. Obat-obat seperti vinkristin dan doksorubisin bila diberikan secara perifer harus diberikan  secara bolus melalui tetesan (drip) laju cepat. Hal ini karena jika obat meninggalkan vena dapat menyebabkan pembengkakan dan petugas yang memberikan obat tersebut harus berada disamping pasien agar dapat memberikan tindakan segera bila terjadi hal yang tidak diinginkan.



Tanda-tanda ekstravasasi meliputi:
·      Nyeri, rasa kurang enak, rasa terbakar atau bengkak di tempat injeksi
·      Tahanan terhadap gerakan penghisap alat suntik
·      Aliran cairan infus tidak lancar

Jika diduga ada ekstravasasi maka tindakan yang dapat dilakukan
adalah :
·      Hentikan injeksi dengan segera
·      Tinggalkan kanula/jarum pada tempatnya
·      Keluarkan obat(aspirasikan) melalui kanula/jarum
·      Naikkan anggota badan
·      Konsultasikan ke dokter spesialis untuk mengobati efek obat tersebut

3.       Tromboflebitis
Tromboflebitis kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Sangat nyeri dan disertai dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang disepanjang vena. Tromboflebitis dapat menyebabkan kebekuan darah.

Risiko dapat dikurangi dengan cara:
·      Menggunakan vena besar
·      Menghindari infus yang panjang
·      Menghindari pH ekstrim atau larutan hiperosmolar
·      Dianjurkan untuk diberikan dengan aliran darah cepat dan aliran infus  cepat
·      Menggunakan cakram nitrat (nitrat patches) di atas tempat injeksi untuk meningkatkan aliran darah
·      Menambahkan heparin pada larutan infus (1 unit/ml)
·      Menggunakan penyaring dalam jalur infus (0,22 mikron)

4.       Embolisme
Sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap yang kontak dengan darah atau gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat. Emboli udara (air embolus), disebabkan oleh udara yang masuk vena, dapat berakibat fatal.

5.       Infeksi
Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu sebabnya banyak infeksi yang dikatkan infus yang disebabkan bakteri gram positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit. Organisme yang sering diisolasi dari ujung kanula adalah Staphylococcus aureus atau S.Epidermis. Risiko terkena infeksis sitemik meningkat pada penggunaan vena sentral.

6.       Reaksi alergi
Obat-obat yang cenderung menimbulkan reaksi alergi adalah: produk darah, antibiotik, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS), heparin, penghambat transmisi neuro muskuler. Reaksi alergi tidak hanya terjadi sebagai respon terhadap bahan aktif dalam sediaan, tetapi juga terhadap bahan-bahan tambahan dalam produk misalnya kremafor. Tanda-tanda alergi meliputi bersin-bersin, sesak nafas, demam, sianosis, pembengkakan jaringan lunak, dan perubahan tekanan darah. Epinefrin merupakan pengobatan yang paling efektif, dan harus diberikan segera dan di bawah pengawasan medis yang cermat. Reaksi minor (ruam kulit, reaksi urtikaria) dapat ditangani atau dicegah denganhidrokortison atau suatu antagonis histamin seperti Chlorpeniramini Maleas (CTM).

7.      Syok (speed shock)
Beberapa obat bila diberikan terlalu cepat dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain hipotensi, kolaps, bradikardi, dan kesulitan pernafasan. Hal ini digambarkan sebagai speed shock.

Pemberian obat suntik
Ketidakcampuran secara fisik dan interaksi digambarkan dalam artikel Professor Allwood dan dalam buku Trissel’s Handbook on Injectable Drugs. Obat dapat bereaksi secara kimiawi dengan komponen lain dalam larutan infus atau mengendap dalam larutan campuran akhir. Obat-obat tersebut dapat menempel pada wadah plastik atau gelas; atau dapat diadsorbsi oleh wadahnya. Emulsi lemak dapat menjadi tidak stabil.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1995, Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta.
Depkes RI, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2011, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Depkes RI, Jakarta
Kemenkes, 2011, Berita Negara Republik Indonesia (Antibiotik), No. 874,
Jakarta.
Trissel, Lawrence. A, 2009, Handbook on Injectable Drug ED. 15, American Society, Meryland



Tidak ada komentar:

Posting Komentar