LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN NON SOLID
MODUL II
E M U L S I
I.
TUJUAN
Memberikan
pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi sediaan emulsi dan melakukan
kontrol kaualitas (evaluasi) sediaan emulsi, meliputi :
a. Mengetahui
pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi.
b. Mengetahui
pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi.
c. Mengetahui
sifat alir sediian plastik.
d. Menentukan
tipe emulsi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Emulsi
adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatankecil
zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam
batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan medium
dispersi sebagai sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai
fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi ysng mempunyai
fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal
sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu maka
suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan ditambah dengan air atau suatu
preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase
ketiga dari emulsi atau bagian ketiga dari emulsi, yakni : zat pengemulsi
(emulsifying agent) (Ansel,1989).
Fase
Emulsi dan Jenis Emulsi
Emulsi
terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainnya, dimana yang
satu menunjukan karakter hidrofil, yang lain lipofil. Fase hidrofil (lipofob)
umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat bercampur dengan air,
sedangkansebagai fase lipofil (hidrofob) adalah minyak mineral atua minyak
tumbuhan atau lemak (minyak lemak, parafin, vaselin, minyak coklat, malam bulu
domba) atau juga bahan pelarut lipofil seperti kloroform, benzen dan
sebagainya. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, apakah fase hidrofil yang
terdispersi ke dalam fase fase hidrofob, ataukah fase hidrofob kedalam fase
hidrofil. Dengan demikian dapat dihasilkan dua sistem emulsi yang berbeda, yang
dinyatakna sebagai emulsi air dalam minyak (emulsi A/M) atau emulsi minyak dalam
air (emulsi
M/A).
Jenis
emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana. Sistem emulsi ganda akan
diperoleh, jika di dalam bola-bola emulsi yang terbentuk masih terdapat lagi
bola-bola dari fase lainnya. Sistem seperti itu dinyatakan sebagai emulsi
A/M/A atau emulsi M/A/M (Voight, 1995).
Tujuan
Emulsi dan Emulsifikasi
Dalam
farmasetik,proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu
preparat yang stabil dan rata dari dua cairan yang saling tidak bercampur.
Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk.
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak-dalam-air
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang
lebih enak. Walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya,
dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah
dimakan dan ditelam sampai ke lambung.
Emulsi
yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a atau
a/m, tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terpeutik yang akan
dimasukkan ke dalam emulsi , keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau
pelembut jaringan dari preparat tersebut, dan keadaan permukaan kulit. Zat obat
yang dapat mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika berada pada fase
luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.
Pada
kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak dapat dipakai lebih rata
karena karena kulit dilapisi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan
ini lebih mudah dibasahi oleh minyak dari pada oleh air. Suatu emulsi air
dalam minyak juga lebih lembut ke dalam
kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena
air. Sebaliknya bila diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit
dengan air harus dipilih suatu emulsi minyak-dalam-air (Ansel,1989).
Zat
pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh
emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di
sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase
terpisah (Anief, M., 2008)
Pengujian
1.
Mengapung,
Koalesensi
Cara
berikut digunakan untuk mengkarakteristikan emulsi, khususnya yang berkaitan dengan
stabilitasnya. Hal ini sekaligus memberikan petunjuk berharga tentang kecocokan
emulgator yang digunakan, cara pembuatan yang dilakukan atau peralatan pengemulsinya.
Metode
penuaan yang dipercepat.
Didasari atas pengaruh suhu terhadap
stabilitas emulsi. Dengan mengikuti kecepatan pengapungan emulsi, dapat ditarik
kesimpulan baik buruknya sebuah emulsi. Dengan sebuah stopwatch diukur mulai
waktu hancurnya emulsi yang terdapat dalam gelas ukur dan dalam penangas air
pada suhu yang ditinggikan.
Metode
Pengapungan yang Dipercepat. Digunakan untuk
menentukan stabilitas yang diukur adalah tingkat pemisahan fase dalam terhadap
fase luar. Pada kecepatan sentrifugasi yang konstan sebagai ukuran stablitasnya
kembali dihitung konstanta stabilitasnya, yang menyatakan jumlah menit, yang
diperlukan untuk memisahkan 1 mL air.
Metode
perubahan daya hantar listrik. Digunakan untuk
menentukan stabilitas emulsi A/M. Dalam hal ini beasaran absolut dari data
hantar emulsi tidak berperan sama sekali, lebih banyak adalah daya hantar yang
terjadi saat koalasensi dan tingkat perubahannya. Dua elektrode platina, yang
dihubungkan dengan alat ukur daya hantar dicelupkan kedalam emulsi (sampai pada
dasar wadah). Waktunya diikuti dengan sebuah stopwatch, sampai terjadi perubahan
harga daya hantar. Dengan cara ini perubahan struktur yang terjadi dalam emulsi
dapat dideteksi sebelum gejala visual mulainya koalesensi teramati.
2.
Tingkat
dispersitas
Oleh
karena pada emulsi yang stabil, tingkat dispersitasnya tidak berubah, maka
adanya perubahan dapat menunjukkan kekurangan ketidakstabilannya. Seringkali
tingkat dispersitas diartikan hanya sebagai formasi dari garis tengah bola
rata-rata yang sesuai dengan tingkat dispersitas kecil, menengah atau besar (
atau juga rendah atau tinggi). Identitas semacam itu dapat diperoleh melalui
pengamatan secara mikroskopik atau dengan cara cepat mikrofotografikukuran bola
dari fase dalam yang dibandingkan dengan ukuran bola secara fotografik.
3.
Jenis
Emulsi
Untuk
menentukan jenis emulsi terdapat sejumlah cara pengujian yang dapat digunakan.
Disarankan agar tidak hanya melakukan satu cara saja, oleh karena perhitungan
dengan hanya sebuah metode, data yang dihasilkan sering menyebabkan terjadinya
kesalahan.
a.
Metode
Warna
Beberapa
tetes larutan bahan pewarna dalam air (metilen biru) dicampurkan kedalam contoh
emulsi. Jika seluruh emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis
M/A. Sampel sebaliknya dapat diuji dengan bahan pewarna larut lipoid, misalnya
dengan beberapa tetes larutan Sodium III dalam minyak. Pewarnaan homogeny hanya
akan terjadi pada emulsi A/M.
b.
Metode
Pengenceran
Metode
ini berdasar atas adanya kenyataan bahwa fase luar emulsi dapat diencerkan.
Jika kedalam sedikit sampel emulsi ditambahkan sedikit air, dan setelah
pengocokan atau pengadukannya diperoleh kembali emulsi homogeny, maka emulsi
yang diuji berjenis M/A. Pada jenis A/M akan diperoleh hasil yang sebaliknya.
c.
Percobaan
Pencucian
Hanya
emulsi M/A yang mudah dicuci dengan air. Menghilangkan emulsi A/M menurut
pengalaman sering menyulitkan.
d.
Percobaan
Cincin
Jika
1 tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring, maka emulsi M/A dalam
waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.
e.
Pengukuran
Daya Hantar
Identitas
jenis emulsi yang paling meyakinkan dapat dihasilkan oleh pengujian daya
hantar. Jika dua kawat yang dihubungkan dengan baterai lampu senter dicelupkan
kedalam sampel emulsi, maka hanya pada emulsi M/A akan terjadi simpangan pada
miliampeter. Hanya air sebagai fase luar dapat memberikan aliran listrik (Voight,
1995).
DAFTAR
PUSTAKA
Anief,M.,2008,
Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, Penerbit
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Ansel,
Howard C.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, UI Press, Jakarta
Voight,Rudolf,
1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Penerbit
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar