Kamis, 08 Oktober 2015

Mannitol

SPESIALITE OBAT
MANNITOL

1. MANITOL
a. Struktur kimia manitol


 (FI, 2014)



b. Sifat fisiko kimia manitol
Rumus kimia manitol C6H14O6 dengan BM 182,17. Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, total gula,polihidrat alkohol lain, heksitol anhidrat, jika terdeteksi tidak termasuk dan tidak dihitung sebagai cemaran lain. pemerian serbuk hablur putih atau granul mengalir bebas, tidak berbau, rasa manis. Kelarutan mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridin, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter. Jarak lebur antara 165-169o C. Susut pengeringan tidak lebih dari 0,3% lakukan pengeringanpada suhu 105o C selama 4 jam.
Injeksi manitol adalah larutan steril atau larutan lewat jenuh manitol dalam air untuk injeksi. Jika terjadi penghabluran perlu dilakukan penghangatan atau pemanasan dalam autoklaf sebelum digunakan. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% C6H14O6 , dari jumlah yang tertera pada etiket. Tidak mengandung zat antimikroba. Wadah dan penyimpanan manitol injeksi dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik, sebaiknya dari kaca tipe I atau II (FI, 2014).
2. Farmakokinetik
Setelah injeksi intravena, manitol keluar ke darah ekstra seluler, hanya sedikit yang dimetabolisme dan secara cepat diekskresikan oleh ginjal. Dengan nilai laju filtrasi glomerulus yang normal, waktu paruh dalam plasma sekitar 2,2 jam. Manitol terfiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan sisanya kurang dari 10% direabsorbsi oleh tubulus tanpa disekresi sel tubulus. Manitol menghambat reabsorbsi air dan beberapa elektrolit (Na+, Cl-, Mg2+ dan elektrolit lain) pada tubulus proksimal, dan terutama pada lengkung Henle (wordpress.com, 2012).

3. FARMAKOLOGI 
Manitol merupakan diuretik osmotik. Manitol disaring dengan mudah di  glomerulus ginjal, tidak direabsorpsi dan tidak disekresi di tubulus ginjal.  Manitol mempengaruhi reabsorpsi air di tubulus serta meningkatkan ekskresi natrium dan klorida dengan cara meningkatkan osmolaritas dari filtrat glomerulus. Peningkatan osmolaritas ekstraseluler akibat pemberian Manitol secara intravena akan menginduksi perpindahan air intraseluler menuju ekstraseluler dan intravaskuler (sanbe-farma.com).

4. Indikasi dan penggunaan 
Sebagai diuretik untuk memelihara fungsi ginjal pada kasus gagal ginjal akut, untuk mengurangi tekanan intrakranial, memperlancar diuresis dan ekskresi material toksik dalam urin, massa pada otak, dan TIO yang tinggi (IAI, 2014). 

5. Kontra indikasi
Edema paru, perdarahan intrakranial kecuali selama prosedur kraniotomi, gagal jantung kongestif, edema metabolik dengan fragilitas kapiler abnormal, gagal ginjal, anuria, dehidrasi berat, edema pulmonari (IAI, 2014).

6. Perhatian dan Peringatan
a. Hati-hati bila diberikan pada penderita diabetes, hipertensi, gangguan fungsi jantung dan ginjal.
b. Pemantauan terhadap elektrolit, terutama natrium dan kalium, harus dilakukan selama pemberian infus Manitol. Kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang serius.
c. Pada pemberian Manitol secara kontinu, kehilangan air dan elektrolit berlebihan dapat menyebabkan hipernatremia.
d. Jika pengeluaran urine terus bekurang selama pemberian infus Manitol, maka kondisi klinis pasien harus diawasi dengan ketat dan pemberian infus Manitol dihentikan jika perlu.
e. Akumulasi Manitol dapat menyebabkan kelebihan volume cairan ekstraseluler.
f. Manitol diberikan pada wanita hamil hanya jika benar-benar dibutuhkan.
g. Hati-hati penggunaan Manitol pada wanita menyusui (IAI, 2014).
h. Jangan ditambahkan kedalam darah transfusi
i. Monitor kondisi cairan tubuh dan elektrolit (IAI, 2014).

7. Nama dagang yang beredar di indonesia
10% Mannitol Injection (Otsuka Indonesia) Infus 10% (K)
10% Osmitrol Injection (Baxter Health Care Corp) Infus 10%, 15%, 20% (K)
Fima M20 (Finosulprima Farma) Infus 10% (K)
Osmofundin (B.Braun Melsungern) Infus 15% (K)
Otsu-Manitol 20 (Otsuka Indonesia) Infus 20% (K)
Tutofusin M15 (Kalbe Farma) Infus 20% (K) (BPOM, 2008).

8. Informasi untuk pasien
Harus dengan bantuan dokter atau perawat

9. Interaksi obat
Diuretik hemat kalium dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama pada pada penderita penyakit ginjal kronik atau diabetes dan penderita yang diberikan ACE inhibitor, ARB, AINS, atau suplemen kalium secara bersamaan. Eplerenon dapat meningkatkan faktor resiko hiperkalemia dan kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi ginjal atau diabetes tipe 2disertai proteinurea. Spronolakton dapat menyebabkan ginekomastia pada 10% penderita, efek ini jarang terjadi pada pengguna eplerenon (Sukandar dkk, 2009).
a. Ciclosporin
Nefrotoksisitas dapat terjadi ketika mengkonsumsi ciclosporin dengan diuretik (manitol)
b. Ketotofen
Terjadi gagal ginjal akut pada wanita melakukan pembedahan underwent retinal setelah mengkonsumsi manitol dan ketotofen.
c. Losartan (ARB)
Jika seorang yang menderita dianetes mengkonsumsi manitol dan losartan akan menginduksi terjadinya gagal ginjal akut (Baxter, 2008).

10. Dosis dan cara penggunaan
Dewasa 
- Diuretik: 50-200 g dalam satu hari sebagai larutan infus intravena, disediakan dengan dosis 200 mg/kg diberikan dengan kecepatan yang pelan. 
- Penurunan tekanan intrakranial: 0,25-2 g per kg berat badan diberikan secara infus intravena selama 30-60 menit (BMJ group, 2008).
Anak-anak 
- Diuretik: 0,25-2 g/kg berat badan atau 60 g per meter persegi luas permukaan tubuh sebagai larutan infus intravena Manitol 20%, diberikan dalam waktu 2-6 jam. 
- Penurunan tekanan intrakranial: 0,25 g per kg berat badan diberikan tiap 6-8 jam (sanbe-farma.com).

11. EFEK SAMPING 
Menggigil, demam (BPOM, 2008),gangguan keseimbangan cairan tubuhdan elektrolit, gangguan saluran cerna, haus, saikt kepala, pusing, takikardi, nyeri dada, hiponatremia, dehidrasi, penglihatan kabur,urtikaria, hipotensi, dan tromboflebitis (IAI, 2014).

12. Kekuatan obat
Kekuatan obat yang tersedia di pasaran adalah 10%, 15%, dan 20% (BPOM, 2008).

13. Sumber pustaka
Baxter. Karen, 2008, Stockley’s Drag Interaction, Pharmaceutical Press, London
BMJ group, 2008, British National Formulary (BNF 56), BMJ group and the Royal PharmaceuticalSocietyof Great Britain,  London
BPOM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Sugeng Seto, Jakarta
DEPKES RI, 2014, Farmakope Indonesia V, Kemenkes RI, Jakarta
https://nefrologyners.files.wordpress.com/2012/02/penggunaan-manitol-dampaknya-pada-ginjal.pdf
http://www.sanbe-farma.com/trial/downlot.php?file=Brosur_INFUSAN_M-20.pdf
IAI, 2014, ISO Indonesia, ISFI Penerbitan, Jakarta
Sukandar. E. Y., Andrajati. R., Sigit. J. I., Adnyana. I. K., Setiadi. A. A. P., Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan, Jakarta