TUGAS MAKALAH FARMAKOGNOSI II
“ZERUMBON”

Oleh:
EKHWAN TRIS WANTO
K 100 110 176
KOREKTOR: RIMA
MUNAWAROH, M.Sc., Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015
DESKRIPSI
TANAMAN
A.
Struktur
Zerumbon

(Murakami
et al., 2002)
B. Nama Umum Senyawa
Nama umum dari
senyawa dengan gambar struktur diatas adalah Zerumbon.
C. Nama IUPAC Senyawa
Nama IUPAC dari
Zerumbon adalah 2, 6, 9,
-humulatrein-8-one
D. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Senyawa
Zerumbon
larut dalam metanol pro analisis (Hanwar, et
al,. 2015), dalam etanol 70 %, dan etanol 96 % (Muhlas, 2013), sukar larut dalam air
(Muhammad, 2013).
ASAL-USUL TUMBUHAN
A. Nama Tanaman
Di Jakarta Zingiber amarican Bl. sering disebut dengan “Lempuyang emprit”,
sedangkan di Sunda “Lempuyang pahit (Heyne,
1987), lazimnya Zingiber
amarican Bl. di Indonesia dinamakan lempuyang emprit dan lempuyang pahit (Sastroamidjojo,
2001).
B.
Taksonomi
Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber amaricans Bl. (Tjitrosoepomo,
1994)
C.
Bagian
Tanaman yang Digunakan
Bagian
tanaman yang digunakan untuk mendapatkan senyawa zerumbon dalam lempuyang
emprit adalah bagian rimpang.
BIOSINTESIS
A.
Termasuk
Golongan Metabolit Apa?
Zerumbon merupakan salah satu senyawa yang masuk dalam
golongan seskuiterpen teroksigenasi yang terdapat dalam minyak atsiri rimpang
lempuyang emprit (Riyanto, 2007)
B.
Termasuk
Senyawa Dengan Building Block Apa?
Zerumbon
merupakan senyawa yang termasuk dalam building block C5 dengan total jumlah
atom C sebanyak 15.
C.
Jalur
Biosintesis
Pembentukan seskuiterpen dari difosfat farnesyl
menggunakan mekanisme reaksi carbocationicbased sama seperti sintase
monoterpene. Namun, kerangka yang lebih besar karbon farnesyl difosfat (FPP)
dan adanya tiga, bukan dua, ikatan ganda sangat meningkatkan keragaman
struktural dari produk. Reaksi siklisasi awal dapat dibagi menjadi dua jenis.
Salah satu jenis melibatkan siklisasi dari farnesyl kation initiallyformed
untuk menghasilkan 10-beranggota ((E, E) -germacradienyl kation) atau
11-beranggota ((E) -humulyl kation) cincin. Mengingat ukuran cincin ini besar,
(E) -geometry dari ikatan ganda C2-C3 ada hambatan untuk siklisasi. Tipe kedua
hasil siklisasi setelah isomerisasi awal dari C2-C3 ikatan rangkap ke nerolidyl
kation tersier, dalam analogi langsung dengan isomerisasi GPP untuk kation
linalyl dalam mekanisme Sintase monoterpene. Bukti untuk intermediasi dari
nerolidyl intermediate dalam mekanisme sesquiterpene synthase berasal dari
studi rinci dengan multiply-label FPP dan substrat nerolidyl difosfat. The
Conformer cisoid dari kation nerolidyl dapat menjalani siklisasi baik ikatan
ganda pusat atau distal membentuk 1,6- (kation bisabolyl), 1,7- (cycloheptanyl
kation), 1,10 - ((Z, E) -germacradienyl kation ) atau 1,11 - ((Z) -humulyl
kation) produk.
Cyclizations berikutnya dapat melibatkan serangan
karbokation pada salah satu dari dua ikatan ganda yang tersisa memberikan
berbagai kerangka karbon yang berbeda. Dengan begitu banyak kemungkinan,
seringkali sulit untuk menentukan urutan penutupan cincin. Misalnya, d-cadinene
yang memiliki kerangka cincin naftalena-jenis bisa timbul dari awal
terbentuknya cincin beranggota 10 diikuti oleh partisi menjadi dua cincin
beranggota enam, atau dari pembentukan berurutan cincin beranggota enam.
Karakterisasi dari synthase kapas d-cadinene menunjukkan bahwa 1,10-siklisasi
adalah langkah pertama diikuti oleh 1,6-penutupan untuk memberikan partisi
cincin. Namun, urutan cyclizations mungkin berbeda untuk Sintase sesquiterpene
membentuk naftalena-jenis kerangka lainnya. Contoh lain dari urutan penutupan
cincin yang dikatalisis oleh Sintase 2-epi-cedrol dari Artemisia annua di mana
pembentukan 1,6-cincin awal diikuti oleh 6,10- 2,11 dan kemudian penutupan.
Selain siklisasi, mekanisme sesquiterpene synthase mencakup berbagai jenis
reaksi yang berbeda mirip dengan yang ditemukan dalam mekanisme monoterpene
synthase, termasuk 1,2-, 1,3- dan pergeseran 1,4-hidrida. Penyusunan ulang
kerangka diamati meliputi kontraksi cincin.
Untuk pembentukan seskuiterpen tertentu adalah
intermediasi spesies sesquiterpene netral. Misalnya, mekanisme dana synthase
5-epi-aristolochene melalui awal 1,10-siklisasi membentuk (E, E)
-germacradienyl kasi ke germacrene A. olefin netral ini kemudian terprotonasi
pada ikatan ganda C6-C7 di Markovnikov orientasi reformasi kation, yang
kemudian mengalami 2,7-siklisasi membentuk kation eudesmane. Sebuah protonasi
analog dari germacrene netral antara adalah bagian dari urutan mekanistik dari
vetispiradiene synthase, valencene synthase dan b-selinene synthase (Degenhart,
et al., 2009).
Berikut adalah salah satu contoh biosintesis
seskuiterpen yang berasal dari trans-cis
Famesol Pirofosfat.

(Usman,
2014).

(Usman,
2014).
EFEK FARMAKOLOGI
Rimpang
lempuyang emprit berkhasiat sebagai obat demam, rematik, penambah nafsu makan,
penurun nyeri, penambah tenaga, sakit perut (Syukur, 2005), antikanker,
antioksidan, mencegah kehamilan, antibakteri terhadap E. coli (Karmia, 2007), memperbaiki fungsi
lambung, pembersih darah, obat disentri, borok, obat cacing, malaria, sakit
kepala (Sudarsono et al.,
2002). Zerumbon efektif sebagai agen
antikanker melalui induksi apoptosis dan antiproliferatif (Kirana et al., 2003; Murakami et al., 2002). Infus rimpang lempuyang
emprit pada konsentrasi 10%, 20% dan 40% secara oral pada tikus memperlihatkan
adanya efek antidiare (Nuratmi et al.,
1999). Ekstrak lempuyang emprit terbukti secara ilmiah mempunyai aktivitas
antikanker pada sel T47D (Hanwar et al.,
2013), dan dapat menurunkan kadar gula darah
dengan dosis 0,4 g/kgBB (Hanwar et al.,
2014),
CARA
ISOLASI
A. Ekstraksi
![]() |
|
![]() |
|
![]() |
|
![]() |

(Muhlas, 2013).
B. Fraksinasi dan Isolasi
1.
Dengan
menggunakan maserasi pelarut ekstrak heksan
![]() |
|
![]() |
2.
Dengan
menggunakan maserasi pelarut ekstrak diklorometan atau metanol
![]() |
||
![]() |
||
![]() |
3.
Dengan
menggunakan sokhletasi pelarut ekstrak heksan
![]() |
|||
![]() |
4.
Dengan menggunakan maserasi pelarut
ekstrak aseton

![]() |
(Riyanto, 2007).
METODE
IDENTIFIKASI
1.
Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sebanyak
100 mg ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dari 2 daerah masing-masing
dilarutkan dalam 1 mL etanol Pa. Larutan sampel tersebut ditotolkan sebanyak
0,5 µL pada lempeng KLT. Lempeng KLT dielusi pada bejana yang telah jenuh
dengan fase gerak heksana:etil asetat (8:2) dengan jarak pengembangan 5 cm.
Bercak diamati pada UV254nm dan UV366nm. Deteksi komponen
spesifik golongan minyak atsiri menggunakan anisaldehid-H2SO4.
Deteksi komponen spesifik setiap golongan setelah dilakukan penyemprotan
dimasukkan dalam oven selama 10 menit pada suhu 100°. Identifikasi senyawa
minyak atsiri menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan adanya bercak berwarna
ungu (Muhlas, 2013).
2.
Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Sebanyak
100 mg ekstrak lempuyang emprit dilarutkan dalam 10 ml etanol, kemudian
disaring menggunakan filter dengan ukuran pori membran 0,22 µm. Sebanyak 10 µl
sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan fase diam silica C18 dan
fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen ortofosfat.
Optimasi fase gerak menggunakan beberapa sistem fase gerak. Optimasi pertama
menggukan komposisi fase gerak asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen
ortofosfat (25:50:20) dengan sistem elusi isokratik. Optimasi selanjutnya
menggunkan sistem elusi dengan Komposisi
masing-masing sistem yang dielusi gradien:

Deteksi dibaca
pada panjang gelombng 200-400 nm. Hasil yang diperoleh adalah data 3D dari
kromatogram, yang kemudian dianalisis untuk mendapat λmax dan purity masing-masing puncak. Rimpang
lempuyang emprit masing-masing direplikasi dua kali (Melannisa et al., 2012).
METODE
PENETAPAN KADAR
1.
Menggunkan
KCKT
Alasan
menggunkan KCKT karena metode ini mudah dipelajari dan tidak terbatas oleh volatilisasi
atau stabilitas senyawa dari sampel. Secara umum kromatografi cair kinerja
tinggi digunakan untuk menganalisis hampir semua senyawa dalam obat-obat herbal.
Sebanyak
10 mg zerumbon dilarutkan dalam 5 ml
etanol, sehinggga didapat kadar 0,25%. Dibuat seri kadar zerumbon sebesar
0,0025%, 0,005%, 0,01%, 0,02%, 0,04%, 0,08 %, dan 0,16%. Lempuyang emprit yang
berasal dari dua daerah ditimbang sebanyak 100 mg kemudian seri kadar dan sempel disaring
menggunakan filter dengan ukuran pori membran 0,22 µm. Sebanyak 10 µl standart
dan sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan fase diam silica C18
dan fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen
ortofosfat. Elusi gradien dimulai dari menit 0 perbandingan (30:30:40),
menit ke-2 (30:30:40), menit ke-6 (40:35:25), menit ke-8 (50:40:10), menit
ke-10 (65:35:5) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit, Rt 15 menit, dan volume
injeksi 10 µl. Peak dibaca pada panjang gelombang 251.5 nm. Sampel tiap
daerah direplikasi 3 kali.

Gambar profil kromatogram ekstrak etanol
lempuyang emprit
(Muhlas, 2013).
2. Menggunakan GCMS
Alasan mengapa zerumbon
ditetapkan kadarnya menggunkana GCMS karena telah lama digunakan sebagai metode
metabolite profiling karena memiliki reprodusibilitas yang baik dan
aplikasi yang luas untuk berbagai jenis kelas metabolit. Kandungan kimia dari
minyak atsiri rimpang Zingiber amaricans Bl. dengan GC-MS didapatkan
sesquiterpen teroksigenasi dengan komponen utamanya adalah zerumbon.
Pembuatan kurva baku
zerumbon dibuat dengan MS program: waktu mulai 10 menit, waktu akhir 17
menit, metode: SIM (107, 135, 96, dan 41). Penetapan kadar zerumbon menggunakan
persamaan regresi linier Y = bx + a dari 5 seri konsentrasi. Pembuatan sampel
dilakukan dengan melarutkan 10 mg ekstrak dalam metanol p.a. Dilakukan
pengenceran 2x, yaitu dengan mengambil larutan sebanyak 500 μL dengan mikro
pipet ke dalam tabung ependrof, kemudia ditambahkan metanol p.a sampai
1mL.

Gambar
kromatogram lempuyang emprit (zerumbon)
(Hanwar, et
al., 2015).
LITERATUR
Degenhardt, J., Kollner, T. G., Gershenzon, J., 2009,
Monoterpene and Sesquiterpene Synthases and the Origin of Terpene Skleletal
Diversity in Plants, Phytochemistry,
70, 1621-1637.
Hanwar, D., Suhendi, A., Santoso, B., Trisharyanti, I.,
Santoso, B., Safitri, M., Haryoto, 2015, Analisis Profil Metabolit Sekunder
Ekstrak Lempuyang Emprit dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa, University Research Colliquium
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jakarta
Pusat: Departemen Kehutanan
Karmia, N, 2007, Profil Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Emprit (Zingiber amarican) terhadap Bakteri
Escherichia coli In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro
Kirana, C.,
McIntosh, G.H., Record,
I.R. and Jones, G.P, 2003, Antitumor Activity
of Extract of
Zingiber aromaticum and its Bioactive
Sesquiterpenoid Zerumbone, Nutrition and Cancer, 45, 218-25
Melannisa,
R., Suhendi, A., Muhlasin, A., 2012, Penentuan Profil Kromatogram
Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber
amarican Bl.) dari Berbagai Daerah dan Penetapan Kadar Zerumbon dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Muhammad, H. S. R., 2013, Anti-Leukemic Effects Of Zerumbone Nanoparticle On Human Lymphoblastic Leukimia
Cells (JURKAT) In Vitro and Murine Leukimia Model, Thesis,University Putra Malaysia
Muhlas, A., 2013, Profil
Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarican Bl.) dan Penetapan Kadar Zerumbon-nya dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Murakami, A., Takahashita, D., Kinoshita, T., Koshimizu,
K., Kim, H.W., Yoshihiro, A., Nakamura,
Y., Jiwajinda, S., Tereo, J.
and Ohigashi, H., 2002,
Zerumbone, a Southeast Asian
Ginger Sesquiterpene, Markedly Suppress Free
Radical Generation, Proinflammatory Protein Production,
and Cancer Cell
Proliferation Accompanied by Apoptosis, Carcinogenesis 23: 1961-1963
Nuratmi, B., Astuti, Y. U. N., & Sundari, D., 1999,
Pengaruh Infus Lempuyang Pahit (Zingiber Amarican Bl) Terhadap Diare Buatan
Pada Tikus Putih, Warta Tumbuhan Indonesia, 6–7
Riyanto, S. , 2007, Identification Of Isolated Compounds From
Zingiber amaricans BL. Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 – 96
Sastroamidjojo, D. A. S., 2001, Obat Asli Indonesia,
Jakarta: Dian Rakyat
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., &
Purnam, M., 2002, Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat - Sifat, dan
Penggunaan), Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional - Universitas Gadjah
Mada
Syukur, C., 2005, Pembibitan Tanaman Obat, Jakarta:
Swadaya
Tjitrosoepomo, G., 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat - Obatan
(Yogyakarta), Gadjah Mada University Press
Usman, H., 2014, Kimia Organik Bahan Alam Laut, Thesis, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin