MAKALAH
PENYAKIT
YANG DAPAT DI SWAMEDIKASI

Oleh:
EKHWAN
TRIS WANTO (K11015I045)
PROGRAM
STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN
XXV
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
1.
Alergi
a.
Deskripsi
Alergi
adalah reaksi hipersensitifitas tubuh terhadap suatu zat atau alergen yang pada
individu normal tidak berbahaya, namun pada individu yang sensitif dapat memicu
timbulnya raksi alergi. Manifestasi alergi ada beberapa macam, diantaranya
adalah, alergi pada pernapasan: rinitis, asma; alergi pada usus: muntah; alergi
pada kulit: ruam-ruam kemerahan pada kulit (urtikaria atau dermatitis).
Ø
Asma adalah suatu penyakit pernapasan
yang ditandai dengan inflamasi saluran pernapasan yang menyebabkan aliran udara
ke dan dari paru menjadi kurang lancar, sehingga menimbulkan gejala-gejala
khas, yaitu mengi, batuk, konstriksi dada, dan sesak nafas.
Ø
Rinitis alergik merupakan inflamasi
membran mukosa hidung disebabkan oleh paparan terhadap materi alergik yang
terhirup yang mengawali respon imunologik spesifik, diperantarai oleh
imunoglobin E.
Ø
Muntah diartikan sebagai pengeluaranisi
lambung melalui mulut, yang sering kali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
Ø
Dermatitis atau eksim adalah suatu
penyakit kulit kronik yang tidak menular. Penyakit ini sering kali timbul pada
masa bayi dan kanak-kanak, tetapi tidaklah juga baru muncul di usia dewasa.
Ø
Urtikaria atau biduran adalah kondisi
kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya
disebabkan oleh suatu reaksi alergi.
b.
Patofisiologi
1.
Asma
Alergen
yang terhirup menyebabkan reaksi alergi fase awal ditandai dengan aktivitas sel
yanghasilkan antibodi IgE yang spesifik alergen. Terdapat aktivasi sel yang
cepat dari sel mast dan makrofag dari jalan udara, sekresi mukus, vasodilatasi,
dan eksudasi plasma pada jalan udara. Kebocoran plasma protein menginduksi
penebalan dan pembekakan dinding jalan udara serta penyempitan lumennya
disertai dengan sulitnya pengeluaran mukus. Asma klasik ditandai dengan episode
dispnea yang disertai dengan bengek, tapi gambaran klnik asma beragam. Pasien
dapat mengeluhkan sempit dada, batuk, (terutama pada malam hari) atau bunyi
saat bernafas. Hal ini sering terjadi saat latihan fisik, tapi dapat terjadi
secara spontanatau berhubungan dengan alergen tertentu.
2.
Rinitis alergen
Reaksi
awal terjadi ketika alergen di udara memasuki hidung selama inhalasi dan kemudian
di proses oleh limfosit, yang menghasilkan antigen spesifik IgE. Hal ini
menyebabkan sensitisasi pada orang yang secara genetik rentan terhadap alergen
tersebut. Pada saat terjadi paparan ulang melalui hidung, IgE yang berikatan
dengan sel mast berinteraksi dengan alergen dari udara dan memicu mediator
inflamasi.
Reaksi
segera terjadi dalam hitungan menit, yang menyebabkan pelepasan cepat mediator
yang terbentuk sebelumnya serta mediator yang baru dibuat malalui jalur asam
arakidonat. Mediator hipersensitivitas segera meliputi histamin, leukotrein,
prostaglandin, triptase, dan kinin. Mediator ini menyebabkan vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas vaskular, dan produksi sekresi nasal. Histamin
menyebabkan rinorea, gatal, bersin, dan hidung tersumbat.
Dari
4 hingga 8 jam setelah pemaparan terhadap alergen pertama kali, dapat terjadi
reaksi fase lambat, yang diperkirakan disebabkan oleh sitokin yang disebabkan
terutama oleh sel mast dan limfosit helper yang berasal dari timus. Respon
inflamasi ini dapat menjadi penyebab gejala kronik yang menetap termasuk
kongesti hidung.
3. Muntah
Saluran
pencernan bisa aktifkan pusat muntah oleh stimulasi mekanoreseptor atau
kemoreseptor pada glossopharyngeal atau aferen vegal (saraf karnial IX sert X)
atau mungkin dengan pelepasan serotonin dari beberapa sel usus
enterochromaffin, yang pada giliranya merangsang reseptor serotonin (5-HT3)
pada aferen vegal. Sistem vestibular aktifkan pusat muntah bila dirangsang oleh
gerakan atau penyakit (seperti labyrinthitis) atau saat sensitif oleh obat
(seperti opioid). Reseptorhistamin H1serta asetilkolin M1 nampak pada aferen
vestibular. Toksin endogen atau eksogen yang lewat darah bisa aktifkan
kemoreseptor di postrema lantaiventrikel ke empat lewat tipe reseptor dopamin
2. Pada akhirya, pusat SSP yang lebih tinggi bisa aktifkan atau menghalangi
pusat muntah.
4.
Dermatitis
Respons sel T pada saat lahir, efektor sel T yang predominan
merespons terhadap infeksi adalah sel TH-2. Seiring bertambahnya usia, maka
respons TH-2 akan digantikan oleh TH-1 yang lebih predominan. Pada dermatitis
atopik akut, sel TH-2 tetap berperan sebagai respons utama terhadap pajanan
antigen. Peningkatan kadar sel TH-2 yang terdapat pada pasien dermatitis atopik
baik yang lesional dan non-lesional menandakan bahwa bagian kulit yang tidak
terlibat juga mengalami respons hipersensitivitas terhadap alergen. Sel TH-2 memproduksi
sitokin-sitokin seperti IL-4, IL-5, dan IL-13 yang menginduksi diferensiasisel
TH-2 dari prekursor sel CD4+ naive, meningkatkan produksi IgE dari
sel B dan menekan produksi dari antimikroba peptida (AMP) oleh keratinosit. AMP
berperan dalam mekanisme imunitas alamiah dengan cara melindungi kulit dari
infeksi mikroorganisme patogen. Kegagalan sistem imun untuk berpindah dari
respons TH-2 ke TH-1 dinamakan missingimmune deviation.
5.
Urtikaria
Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada
reseptor IgE yang saling berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau
basofil. Selanjutnya, aktivasi dari sel mast dan basofil akan memperantarai
keluarnya berbagai mediator peradangan. Sel mast menghasilkan histamine,
triptase, kimase, dan sitokin. Bahan-bahan ini meningkatkan kemampuan
degranulasi sel mast dan merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM, yang
memicu migrasi limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria
c.
Etiologi
1.
Asma
Asma
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah alergi, genetik,
lingkungan dan berat badan.
2.
Rinitis alergen
Rinitis
alergen dapat terjadi karena alergen inhalen (debu, tengu, serpihan epitel dari
bulu binatang, dan jamur), alergen ingestan (makanan), (alergen injektan
(penisillin atau sengatan lebah), alergen kontaktan (kosmetik atau perhiasan).
3.
Muntah
Mekanisme
gastrointestinal, obstruksi mekanik lambung, penyakit motilitas,
gastroentritis, uremia, sindrom iritasi usus besar, migran, faktor psikologis,
kehamilan, obat, makanan, bau yang berbahaya.
4.
Dermatitis
Faktor-fakor
yang dapat memicu timbulnya gatal atau iritasi kulit pada dermatitis adalah
iritan zat kimia, pelarut, sabun, detergen, parfum, produk perawatan kulit,
asap, makanan, tengu, kutu binatang peliharaan, polusi udara, suhu dan
kelembaban udara, udara dingin, panas, dan berkeringat, infeksi, kulit kering,
serta faktor emosional dan stres.
5.
Urtikaria
Penyebab
urtikaria bermacam-macam, diantaranya obat, makanan, gigitan/sengatan serangga,
bahkan fotosensitizer, inhalan, kontakan, trauma fisik, infeksi, infestasi
parasit, psikis, genetik,dan penyakit sistemik
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
a.
Asma
Obat
|
Dosis
|
Albuterol
|
2 inhalasi
setiap 4-6 jam
|
Teofilin
|
3 mg/kg/8 jam
|
Ipatropium
bromida
|
2 inhalasi (36
mcg) 4x sehari
|
Deksametason
|
0,75-9 dlm 2-4
dosis terbagi
|
b.
Rinitis
Obat
|
Dosis
|
Cetirizine
|
10 mg 1x sehari
|
Loratadine
|
5 mg 1x sehari
|
Beklometason
|
50 mcg/semprot
|
c.
Muntah
Obat
|
dosis
|
Alumunium
hidroksida
|
1-2 tablet 4x
sehari
|
Ranitidine
|
150 mg 2x
sehari
|
Omeprazole
|
20 mg 1x
sehari
|
d.
Dermatitis dan urtikaria
Obat
|
dosis
|
Hydrocortison
|
1% 3x sehari
|
Calamine
|
3x sehari
|
Mometasone
|
1% 3x sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
a.
Asma
ü
Edukasi pasien dan keluarga untuk untuk
menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma
ü
Pengukuran peak flow meter
ü
Manghindari alergen yang dapat memicu
timbulnya asma
b. Rinitis
ü Memodififikasi gaya hidup pasien.
ü Menghindari alergen.
c. Muntah
ü
Istirahatkan
perut, tapi tetap mengkonsumsi cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Konsumsilah cairan ‘bersih’ seperti air, minuman olah raga, agar-agar dalam
kurun waktu 24 jam. Kemudian jika sudah mereda, dapat dilanjutkan mengkonsumsi
makanan lembut.
ü
Cobalah
menghindari produk yang mengandung susu selama 24-48 jam selama mual dan
muntah.
d. Dermatitis
ü
Selalu
menjaga kelembaban kulit
ü
Lakukan
olahraga secara rutin dan konsumsi buah/sayur
ü
Menghindari
alergen
ü
Dianjurkan
untuk berhenti menggaruk
e. Urtikaria
ü
Menghindari alergen/penyebab
2.
Diare
a.
Deskripsi
Diare
adalah suatu kondisi yang ditandai dengan frekuensi dan likuiditas buang air
besar yang abnormal. Diare pada anak kecil dan orang lanjut usia lebih mudah
mengakibatkan dehidrasi. Diare dikelompokan menjadi diare akut dan kronis.
Diare akut umumnya hilang dalam waktu 72 jam dari onset. Sedangkan diare
kronismelibatkan serangan yang lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang.
b.
Patofisiologi
Diare
adalah kondisi ketidak seimbangan absorbsi dan ekskresi air dan elektrolit.
Adapun 4 patofisiologi yang menyebebkan diare, yaitu perubahan transport ion
aktif yang disebabkan oleh penurunan absorbsi natrium atau peningkatan sekresi
klorida, perubahan motilitas usus, perubahan osmolaritas luminal, peningkatan
tekanan hidrostatik jaringan. Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan
diare secara klinik,yaitu:
ü Sechretory diarrhea,
terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh: vasoactive intestinal peptide atau toksin bakteri) meningkatkan
sekresi atau menurunkan absorbsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
ü Osmothic diarrhea,
disebabkan oleh absoerbsi zat-zat yang mempertahankan cairan intestinal.
ü Exsudative diarrhea, disebabkan
oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang mengeluarkan mukus, protein atau
darah kedalam saluran pencernaan.
ü Motilitas
cairan usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
c.
Etiologi
Diare
disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, virus, parasit),
malabsorbsi, dan alergi.
d. Penatalaksanaan
1. Terapi
farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Oralit
|
2 bungkus
setiap BAB
|
Antapulgit
|
600 mg 2x
setiap BAB
|
Loperamid HCl
|
2 mg 1x setiap
BAB
|
2. Terapi
non farmakologi
ü Pucuk
daun jambu biji
ü Nangka
yang masih kecil (babal)
ü Pucuk
daun sawo
ü Hindari
makanan pedas dan asam
3.
Konstipasi
a.
Deskripsi
Adanya
penurunan frekuensi buang air besar yang tidak sepertibiasanya dan/atau disertai
gejala nyeri selama buang air besar. Akumulasi atau pemadatan isi usus halus
yang mengakibatkan konsistensi fases yang keras mengakibatkan kesulitan buang
air besar.
b.
Patofisiologi
Patofisiologi konstipasi Defekasi menjadi sulit
manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya akan memperpanjang
masa transit tinja. Semakin lama tinja tertahan dalam usus, maka konsistensinya
akan semakin keras, dan akhirnya membatu sehingga susah dikeluarkan.
c.
Penatalaksanaa
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Sorbitol
|
5 g 2x sehari
(pagi sebelum makan, malam sebelum tidur
|
Bisakodil oral
|
10 mg 2x
sehari
|
Magnesium
hidroksida
|
400 mg 3x
sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Melalui modifikasi makanan kaya serat,
pembedahan, dan terapi biofeedback.
4.
Nyeri
dan Demam
a.
Deskripsi
Nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya (aktual) atau potensi kerusakan jaringan atau keadaan
yang menggambarkan kerusakan tersebut. Nyeri dapat dialami oleh setiap bagian
tubuh. Ada dua jenis nyeri, yaitu nyeri
akut, sering kali dipicu oleh adanya kerusakan jaringan tubuh, seperti
penyakit, cidera, atau pembedahan. Nyeri akut bersifat ringan atau bisa juga
berat dan berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Nyeri kronik adalah nyeri berkepanjangan
yang berlangsung lama bahkan sesudah cidera penyebabnya sudah teratasi.
Beberapa contoh yang mengakibatkan nyeri, sakit kepala, migren, artitis,
gangguan sendi, pegel linu, memar, sakit gigi, dan menstruasi.
Demam
adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37,50 C. Infeksi
ringan hingga parah bisa menyebabkan demam. Demam merupakan bagian dari proses
kekebalan tunuh yang sedang melawan infeksi akibat virus, bakteri,atau parasit.
Selain itu dmam juga bisa terjadi karena penyakit, seperti hipertiroidisme dan
artitis.
b. Patofisiologi
1.
Nyeri
Nyeri
nosisepti (akut), meliputi nyeri somatik (sumber nyeri berasal dari kulit,
tulang, sendi, otot, atau jaringan penghubung)
atau veseral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau
pankreas). Perangsangan pada ujung saraf bebas yang dikenal dengan istilah
nosiseptor merupakan tahap pertama yang mengawali timbulnya rasa nyeri.
Reseptor ini dapat ditemukan baik di struktur viseral ataupun somatik serta
teraktivasi oleh rangsangan mekanis, termal, serotonin, dan dan kimiawai.
Pelepasan bradikinin, K+, prostaglandin, histamin, leukotrein,
serotonin dan “substance P” dapat
menimbulkan kepekaan dan atau aktivasi nosiseptor. Aktivasi reseptor
menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang serabut saraf aferen ke
spinal cord (sum-sum tulang belakang). Nyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat
pemprosesan input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer.
Terdapat sejumlah besar sindroma nyeri neuropatik yang sering kali sulit
diatasi.
2.
Demam
Substansi
penyebab demam adalah pirogen. Pirogen dapat berasal dari endogen maupun
eksogen. Pirogen endogen berasal dari dalam tubuh, sedangkan pirogen eksogen
berasal dari luar tubuh. Pirogen eksogen, dapat berupa infeksi atau non
infeksi, akan merangsang sel-sel makrofag, monosit, limfosit, dan endotel untuk
melepaskan interleukin (IL)-1, IL-6, tumor necrosing factor (TNF)-a, dan
interferon (IFN)-y, yang selanjutnya akan disebut pirogen endogen sitokin.
Pirogen endogen ini setelah berikatan dengan reseptornyadi daerah prioptik
hipotalamus akan merangsang hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolipase-A2, yang
selanjutnya melepaskan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan kemudian
oleh enzim siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah prostaglandin E-2 (PGE2). Rangsangan
prostaglandin inilah, baik secara langsung maupun melalui pelepasan AMP siklik,
mainset termostat pada suhu tubuh yang lebih tinggi.
c. Etiologi
1.
Nyeri
Adapun beberapa
faktor yang dapat menimbilkan rasa nyeri, diantaranya adalah trauma pada jaringan
tubuh, iskemik jaringan,s pasmus otot, inflamasi, dan post operasi.
2.
Demam
ü
Pasca imunisasi.
ü
Berbagai macam infeksi virus dan
bakteri.
ü
Infeksi akibat gigitan nyamuk seperti
demam berdarah, malaria, cikungunya.
ü
Obat-obat seperti antihipertensi dan
anti depresan.
ü
Berdiri terlalu lama dibawah sinar
matahari.
ü
Penyakit seperti artitis dan
hipertiroidisme
ü
Kanker, misalnya leukimia, kanker hati,
dan kanker paru-paru.
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
a.
Nyeri dan demam
Obat
|
Dosis
|
Asam mefenamat
|
500 mg 3x sehari
|
Parasetamol
|
500 mg 3x
sehari
|
Ibuprofen
|
200-250 mg 3x
sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Stimulasi dan masase kutaneus
ü
Terapi panas dan es (kompres)
ü
Stimulasi saraf elektris transkutan
ü
Distraksi (mengalihkan perhatian dari
nyeri)
5.
Batuk,
Pilek dan Flu
a.
Deskripsi
1.
Batuk
Batuk
adalah suatu mekanisme tubuh dalam merespon iritan yang masuk ke dalam
tenggorkan dan saluran pernapasan berupa dorongan udara yang kuat dari dalam
paru untuk mengeluarkan iritan tersebut. Batuk ada dua macam, yaitu batuk
kering dan batuk berdahak. Batuk kering umumnya terjadi karena alergiterhadap
benda-benda tertrntu, makanan, udara, dan obat-obatan. Batuk kering dapat
dikenali dengan suaranya yang kering. Sedangkan batuk berdahak umumnya terjadi
karena adanya infeksi mikroorganisme, seperti bakteri atau virus. Berdasarkan
dari suaranya batuk berdahak memiliki suara yang lebih berat.
2.
Pilek
Pilek
merupakan suatu gejala berupa gangguan pernapasan karena terjadi sumbatan pada
hidung, bersin-bersin dan dihasilkan lendir, disebabkan karena virus. Kondisi
ini umumnya tidak membahayakan tetapi menimbuklkan suasana yang tidak nyaman.
Namun jika dibiarkan tanpa diobati pilek dapat mengaami komplikasi.
3.
Flu
Flu
adalah gangguan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus.
Influenza bersifat menular dari satu orang ke orang yang lain, biasa terjadi
pada masa pergantian musim, ketika daya tahan tubuh seseorang menurun. Flu
adalah penyakit yang bersifat self-limiting deseases, atau penyakit yang dapat
sembuh sendiri dengan meningkatnya daya tahan tubuh.
b.
Patofisiologi
1.
Batuk
Batuk
biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan
tekanan di dalam paru-paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan
pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan
tertentu. Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari
sejumlah besar udara, pada saat glotis secara reflus sudah terbuka. Setelah
udara di inspirasi, maka mulaiah fase kompresi dimana glotis akan tertutup
selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat
sampai 50-100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang
membedakanya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan
tenaga yang berbeda. Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan
berlangsunglah fase ekspirasi. Udara keluar dan menggetarkan jaringan saluran
nafas seta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk.
2.
Pilek
Virus ini mengikat reseptor ICAM-1 manusia melalui metode
yang tidak diketahui dan memicu pelepasan mediator inflamasi. Kemudian mediator
inflamasi ini memunculkan gejala. Pada
umumnya virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan pada epitelium hidung. Sebaliknya, virus sinsisial pernapasan
(RSV) ditularkan secara langsung atau melalui droplet yang terbawa udara.
Kemudian, virus mereplikasi diri di dalam hidung dan tenggorokan sebelum
menyebar berkali-kali ke dalam saluran pernapasan bagian bawah. RSV tidak
menyebabkan kerusakan epitelium. Virus parainfluenza manusia biasanya
menyebabkan inflamasi di dalam hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan.
3.
Flu
Virus influenza A,B dan C
masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana virus tersebut dihirup
lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus
ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas,
menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia.
Neuramidase mengurangi sifat kental
mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada
saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan
epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit
dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan
sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus
influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi
nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg
G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi
terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima.
Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi
mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung
terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang
disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
c.
Etiologi
1.
Batuk
ü
Rangsang inflamasi seperti edema mukosa
dengan sekret trakeobronkial yang banyak.
ü
Rangsang mekanik.
ü
Rangsang suhu seperti asap rokok, udara
panas/ dingin, inhalasi gas.
ü
Rangsang psikogenik.
2.
Pilek
Rhinovirus paling banyak menyebabkan pilek. Rhinovirus adalah
virus yang memiliki RNA dan merupakan bagian dari famili Picornaviridae.
Coronavirus menyebabkan 10% hingga 15% dari kasus. Flu (influenza) menyebabkan
5% hingga 15% dari kasus. Kasus lain mungkin disebabkan oleh virus
parainfluenza manusia, virus sinsisial pernapasan, adenovirus, enterovirus, dan
metapneumovirus. Seringkali, lebih dari satu jenis virus menyerang dan
menyebabkan infeksi pilek. Secara keseluruhan, lebih dari dua ratus virus dapat
menyebabkan pilek
3.
Flu
Flu dapat
disebabkan oleh virus influenza A, B dan C.
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
a.
Batuk
Obat
|
Dosis
|
Bromhexin
|
8 mg 3x sehari
|
Gliseril
guaikolat
|
100 mg 3x
sehari
|
Dekstrometorphan
HBr
|
30 mg 3x
sehari
|
b.
Pilek
Obat
|
Dosis
|
Pseudoefedrin
|
2x sehar 1
tablet
|
CTM
|
4 mg 3x sehari
|
Oksimetazolin
|
3x sehari
|
c.
Flu
Obat
|
Dosis
|
Meloxdryl
|
3x sehari
|
Paraflu
|
3x sehari
|
Betaflu
|
3x sehari
|
2.
Terapi non farmakologi Batuk, pilek, dan
flu
ü Memperbanyak minum air putih untuk
membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal.
ü Menghindari paparan debu, minuman
atau makanan yang merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan
minuman dingin.
ü Menghindari paparan udara dingin.
ü Menghindari merokok dan asap rokok
karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk.
ü Menggunakan zat – zat Emoliensia
seperti kembang gula, madu, atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi
untuk melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan
selaput lendir.
6.
Jerawat
a.
Deskripsi
Jerawat
adalah kondisi kulit yang umum dijumpai, kebanyakan pada bagian wajah, leher,
punggung, dada, dan bahu. Kondisi ini biasanya dialami oleh individu yang berusia
antara 14-19 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi pada individu
yang berusia 20-30 tahun dan adakalanya muncul kembali pada saat menopause. Jerawat
ditandai dengan timbulnya komedo yang terbentuk akibat tersumbatnya saluran
keluar dari folikel rambut oleh minyak dan sel-sel kulit mati. Kendati tidak
meninggalkan gangguan kesehatan yang serius, jerawat yang berat menimbulkan
bekas berupa lekukan dan jaringan parut permanen pada kulit serta memberi
dampak psikososial (penderita menjadi minder atau rendah diri dalam pergaulan).
b.
Patofisiologi
Lesi primer, komedo, terbentuk
akibat tersumbatnya folikel pilosebasea. Saluran folikel melebar dan produksi
sel meningkatkan. Sebum bercampur dengan sel yang berlebihan di saluran folikel
untuk membentuk sebuah gumpalan berkeratin. Hal tersebut muncul dan terlihat
sebagai komedo terbuka (blackhead). Warna coklat atau hitam bukanlah
hasil dari akumulasi kotoran melainkan melanin (pigmen). Peradangan pada
folikel dapat menyebabkan pembentukan komedo tertutup (whitehead).
Adanya komedo tertutup menandakan adanya lesi inflamasi. Jika dinding folikel
rusak atau pecah, isi folikel dapat keluar ke dermis dan timbul
sebagai jerawat.
Peningkatan aktivitas androgen pada
masa pubertas memicu pertumbuhan kelenjar sebaseus dan meningkatkan produksi
sebum. Sebum terdiri dari gliserida, ester lilin, squalene, dan kolesterol.
Gliserida diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh lipase, yang
merupakan produk dari Propionibacterium acnes. Asam lemak bebas dapat
mengiritasi dinding folikel dan menyebabkan peningkatan pergantian sel dan
inflamasi. Propionibacterium acnes adalah organisme
anaerobik penduduk yang berproliferasi dalam lingkungan yang diciptakan oleh
campuran sebum dan keratinosit yang berlebihan. Adanya bakteri tersebut dapat
meningkatkan pembentukan antibodi yang menyebabkan respon inflamasi
c.
Etiologi
Jerawat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peningkatan produksi sebum,
peluruhan keratinosit, pertumbuha bakteri, dan inflamasi.
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Benzoil
peroxida
|
2,5 % 2x
sehari
|
Asam azaleat
|
20 % 2x sehari
|
Klindamisin
|
1 % 1x sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Sering cuci muka untuk menghilangkan
kelebihan minyak
ü
Cuci muka dengan uap air hangat untuk
membuka pori-pori yang tertutup
ü
Menjaga kebersihan sarung bantal
ü
Hindari makanan yang kacang-kacangan
atau berlemak
7.
Radang
atau iritasi mata ringan
a.
Deskripsi
Iritasi
mata adalah gangguan yang terjadi pada mata akibat segala sesuatu yang mengenai
bagian tersebut, seperti debu, asap dan bahan kimia. Tanda-tandanya antara
lain, matamerah, berair, terasa perih dan gatal.
b.
Patofisiologi
Konjungtivitis lebih dikenal
sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva,
selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan
bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan
nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata
bahkanke butaan. Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan
terluar mata. Iritasi apapun pada matadapat menyebabkan pembuluh darah
dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi
menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata.
c.
Etiologi
Ø
Konjungtivitis
alergi atau reaksi alergi terhadap tungau debu atau serbuk sari.
Ø
Konjungtivitis
iritasi yang terjadi akibat mata terkena unsur penyebab iritasi seperti sampo,
air berklorin, atau bulu mata yang menggesek mata.
Ø
Konjungtivitis
infektif atau infeksi yang terjadi akibat virus atau bakteri.
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Na
cromoglycate 2%
|
1-2 tetes 4x
sehari
|
Naphazoline
HCl 0,025%
|
1-2 tetes tiap
4 jam
|
Na hyaluronate
0,1 %
|
1 tetes 4x
sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Menghindari kontaminasi mata
yang sehat atau mata orang lain.
ü
Tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat.
ü
Mencuci mata dengan air
bersih.
ü
Mencuci tangan setelah
setiap kali memegang mata yang sakit.
ü
Menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
8.
Sariawan
a.
Deskripsi
Sariawan adalah suatu kelainan pada selaput lendir mulutberupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan
dengan permukaan agak cekung.
b.
Patofisiologi
Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan
tubuh alamiah terhadap serangan bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem
laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP
system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan
bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu
enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di
dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase
yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan
seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa,
pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.
Pemakaian deterjen (sodium laurit
sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari
rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi
dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami.
Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga
dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga
dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat
mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai
dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik.
Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut
secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi
tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat
berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang
tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru
berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar,
(Trauma, Stres, dll) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang melahirkan
fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang
menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal
ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi
reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri
disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen,
makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
c.
Etiologi
ü
Higiene gigi yang buruk
Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari.
ü
Mengkonsumsi air dingin
atau air panas.
ü
Alergi
ü
Kelainan dan gangguan
saluran pencernaan.
ü
Faktor psikologis
(stress)
ü
Gangguan hormonal
(seperti sebelum atau sesudah menstruasi).
ü
Pada penderita yang
sering merokok
ü
Jamur
ü
Obat kumur yang mengandung
bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
ü
Kekurangan vitamin C
ü
Kekurangan vitamin B
dan zat besi.
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Nystatin
|
4x sehari
(kumur)
|
Chlorhexidine
glukonas
|
4x sehari
(kumur)
|
Multivitamin
|
1x sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Konsumsi buah yang mengandung vitamin c,
vitamin B12 1000 mcg.
ü
Banyak minum, hindari makan makanan yang
panas dan diikuti dengan minum minuman dingin.
ü
OR yang rutin dapat membantu
meningkatkan daya tahan tubuh.
9.
Dispepsia
atau magh
a.
Deskripsi
Dispepsia
adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada.
b.
Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak
teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol
serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCl yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
c.
Etiologi
Adapun
penyebab terjadinya dispepsia adalah karena beberapa faktor, diantaranya,
perubahan pola makan, pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yang lama, alkohol dan nikotin rokok, stres, tumor atau kanker
saluran pencernaan
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
dosis
|
Alumunium
hidroksida
|
1-2 tablet 4x
sehari
|
Ranitidine
|
150 mg 2x
sehari
|
Omeprazole
|
20 mg 1x
sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü
Mengkonsumsi makanan secara teratur
(yakni, rutin pada jam-jam tertentu).
ü
Jika penderita kelebihan berat badan, menurunkan
berat badan hingga mencapai berat ideal.
ü
Menghindari konsumsi rokok dan alkohol.
ü
Modifikasi gaya hidup & menghindari
obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl,
pengobatan imunosupresan), menghindari stress, stop merokok &
alkohol,kafein (stimulan asam lambung), makanan dan minuman soda, sebaiknya
dihindari makan malam.
10. Penyakit Kulit
a.
Deskripsi
1.
Kadas/kurap
Kadas/kurap
adalah suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini dapat mengenai semuabagian
kulit, tetapi biasanya ditmukan pada bagian kulit yang sering lembab, seperti
kuit kepala, kuku, lipatan lengan, dan lipatan paha atau kaki.
2.
Panu
Panu
juga merupakan suatu infeksi jamur pada kulit yang ditandai dengan munculnya
bercak bersisik halus berwarna putih hingga kecoklatan. Panu dapat ditemukan
didaerah mana saja di badan termasuk leher dan lengan. Panu biasanya menyerang
ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, muka, dan kulit kepala.
b.
Patofisiologi
1.
Kadas/kurap
Infeksi
dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi
melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host. Perlekatan, jamur
superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan
keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal
dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi
oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik. Penetrasi, setelah terjadi
perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan
yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh
sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi
untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan.
Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan
proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai
lapisan terdalam dari epidermis.
Perkembangan
respons host. Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan
organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type
Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan
dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya,
infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya
negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh
peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita
diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di
nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang
terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi
inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan
sel-sel yang bermigrasi.
2. Panu
Panu disebabkan oleh organisme
lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat dikultur pada media
yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur
atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota
dari flora kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan
pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%.
Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai
penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian,
beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu
berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi
bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain, kecenderungan
(predisposition) genetik, lingkungan yang lembab atau hangat, immunosuppression,
malnutrition, cushing disease.
Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan
kulit melawan Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal,
M furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan ini tidak
menular karena patogen jamur kausatif (causative fungal pathogen) merupakan
penghuni normal pada kulit. Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi
atau hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil
dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk
melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada
lemak di permukaan kulit) secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan
dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula
hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh
melanosit di lapisan basal epidermis.
c.
Etiologi
1.
Kadas/kurap
ü
Disebabkan oleh jamur jenis Tinea sp.
2.
Panu
ü
Disebabkan oleh jamur Tinea versicolor
d.
Penatalaksanaan
1.
Terapi farmakologi
Obat
|
Dosis
|
Micinazole
|
2x sehari
|
Klotrimazole
|
3x sehari
|
Ketokonazole
|
1x sehari
|
2.
Terapi non farmakologi
ü Mandi teratur dengan sabun
antiseptik.
ü Menghindari keringat berlebih dan
menjaga kebersihan lingkungan.
ü Tidak menggaruk bagian yang gatal
karena akan menimbulkan infeksi lain.
ü Jangan tidur dalam keadaan rambut
basah dan rutin mengganti sprei dan sarung bantal.
ü Rutin mengganti handuk (jika mungkin
usahakan seminggu sekali)
ü Tidak menggunakan handuk atau baju
secara bergantian dengan orang lain.